Apakah Pentakosta Sama Dengan Pantekosta?
Apakah Pentakosta Sama Dengan Pantekosta?
Kata "Pantekosta" itu tak terdapat dalam Alkitab, yang ada "Pentakosta". Untuk membuktikan, coba simak misalnya ; Kisah Para Rasul 2:1, "Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat";
Kisah Para Rasul 20:16, "Paulus telah memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya di Asia. Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari raya Pentakosta" ; 1 Korintus 16:8, "Tetapi aku akan tinggal di Efesus sampai hari raya Pentakosta".
Namun jika kita periksa dalam Kamus-kamus Bahasa Indonesia (KBBI - Anton Moeliono, KBBI - Peter Salim, KUBI - Badudu-Zain & KUBI - Poerwadarminta), kita akan menemukan entri/tema "Pantekosta", yang artinya : Hari raya 50 hari sesudah Paskah: Hari Raya turunnya Rohulkudus.
Pentakosta berasal dari bahasa Yunani: Pente (Pente = 5), Penthkonta (Pentekonta = 50), Pentakosio (Pentakosio = 500) dan Pentakiscilioi (Pentakis-chilioi = 5000).
Dari kata Pentekonta kemudian berkembang menjadi kata "Pentekoste" yang menunjuk pada Hag Syavu'ot, hari raya penuai atau pesta panen agama Yahudi yang jatuh 50 hari setelah Paskah (Vine's Expoitory Dictionary of Bibical Word; The Greek-English Lexicon to The New Testament).
Dari uraian di atas maka pemilihan kata Penta(kosta) dalam Alkitab sebagai terjemahan dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Indonesia merupakan pilihan yang tepat ketimbang kata Pante(kosta) yang tanpa makna.
Adapun jika Kamus Bahasa memakai kata Pentakosta; mungkin karena kamus harus berorientasi pada masyarakat, dengan kata lain kamus mengikuti kelaziman pengguna bahasa.
Jadi meskipun keliru kaprah namun apabila masyarakat (persisnya sebagian orang) memang sudh menyepakati kekeliruan itu sebagai benar, maka seyoyanya Kamus membenarkan kekeliruan yang terlanjur dianggap benar itu.
Antara Pentakosta dan Pantekosta memang hanya "berbeda tempat" antara huruf "a" dengan huruf "e", tapi masih dengan huruf-huruf yang sama. Begitu juga dengan huruf-huruf yang sama pada kata "ramah" kita juga bisa menyusunnya menjadi "marah", atau "kelapa" menjadi "kepala", yang tentu saja berbeda artinya, bukan hanya karena kepala tak sebulat kelapa.
Agar tidak terjadi salah pengertian, perlu dijelaskan bahwa perbedaan antara Pentakosta dengan Pantekosta itu bukanlah persoalan dogmatik, tapi persoalan semantik. Barangkali ada yang lebih afdol melafazkan Pantekosta daripada Pentakosta, meski terdengar agak aneh di telinga.
Atau perbedaan dua kata itu karena akibat proses korespondensi bunyi (phonetic correspondence) yang lazim sebagai gejala linguistik.
Jika selama ini hanya dikenal dua penggolongan bahasa Ynani, yaitu : Yunani duniawi (untuk semua karya fiologi sebelum Masehi dan Yunani Ekklesia (untuk bahasa Yunani setelah Masehi, sekitar pustaka gereja), agaknya perlu ditambah lagi satu penggolongan yaitu : Yunani Indonesiawi.
Dan kata Pantekosta sebagai kata hasil "transkreasi" ulak alik matuk yang amat kreatif, termasuk kata Yunani Indonesiawi.
Sumber yohannesang.wordpress.com